Sumbawa Besar, Nuansantb.net- (15/05/2020)
Salah Satu Perusahaan pengepul sekaligus eksportir jagung biji di Kabupaten Sumbawa, PT. Seger Agro Nusantara dalam melakukan pembelian jagung ke para petani selalu berpatokan pada peluang pasar dan permintaan serta faktor-faktor yang memiliki pengaruh lainnya terhadap nilai jual dari jagung tersebut.
Seperti terjadinya selisih harga di lapangan, hal itu disebabkan oleh beberapa komponen yang mempengaruhi jagung tersebut sebelum masuk gudang, antara lain biaya giling, biaya buruh hingga biaya angkut. Mahalnya biaya komponen tersebut, menyebabkan terjadinya selisih harga di tingkat petani dengan harga di gudang.
Menurut Manager PT Segar Agro Nusantara Frans Cahyadi, saat diwawancarai awak media setelah usai pelepasan Ekspor Jagung Sumbawa ke Philipina di Dermaga Pelabuhan Badas Sumbawa, Jumat (15/05/2020) tadi pagi, mengatakan bahwa, harga jagung di Sumbawa dalam keadaan seperti sekarang ini sudah paling mahal bila dibandingkan dengan harga di daerah lain, harganya mencapai Rp 3.150 hingga Rp3.200 per kilogram dengan kadar air 15 -18.
”Harga jagung di Sumbawa ini paling mahal di Indonesia, di daerah lain di bawah harga itu,” ujar Frans.
Masalah jagung bukan hanya masalah harga tapi ada komponen-komponen lain yang mempengaruhi seperti biaya buruh, biaya giling, biaya angkut dan juga harga jual daging ayam.
“Jika harga jual daging ayam menurun, maka permintaan komoditas jagung juga menurun. Praktis harganya pun terseret. Semuanya ada korelasi dengan harga penjualan daging ayam juga. Sebab kalau harga daging ayam tidak bagus, maka akan tidak bagus juga harga jagung karena jagung bahan baku pembuatan pakannya,” ujarnya.
Ditempat terpisah, perwakilan eksportir dari PT. Seger Agro Nusantara, Ferry Setyawan Sutrisno mengungkapkan bahwa, saat ini serapan jagung oleh industri pakan mulai berkurang.
Pasar tempat penjualan industri pakan ternak di Pulau Jawa sudah mulai mengurangi pembelian. Karena persediaan jagung sebagai bahan baku maupun pakan masih dalam jumlah yang mencukupi. Kondisi seperti ini cukup mengkhawatirkan sehingga imbasnya petani jagung bisa terseret. Di samping berimbas terhadap harga beli, pihak Perusahaan juga khawatir tidak bisa membeli jagung dari para petani.
”Jika kondisi berlangsung demikian dalam jangka waktu yang lama, apa lagi saat kondisi panen raya seperti sekarang ini, kami menghawatirkan gudang tidak dapat membeli dan menampung hasil panen dari petani,” ungkap Ferry.
Ferry menjelaskan, PT Seger hanya memiliki kapasitas gudang sebesar 10.000 ton. Setiap hari perusahaan tersebut hanya bisa menampung 1.000 ton jagung dari para petani, tandasnya. (Nuansa)