Kata Hati Gubernur NTB : Persiapkanlah Diri Sebelum Kematian Menghampiri

oleh -34 Dilihat
oleh

Sumbawa Besar, NuansaNTB.id- Tahlilan dan Doa Bersama atas Wafatnya Hj. Siti Fatimah Ungang Dea Emas Ibunda tercinta Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc,. dan Dewi Noviany, M.pd,. Wakil Bupati Sumbawa di Pendopo rumah Dinas Wabup, Senin malam (14/06).

Hadir pada kesempatan Ta’ziah, Kapolda NTB beserta pejabat utama Polda, Kabinda NTB, Bupati Sumbawa, Sekda, Pimpinan dan anggota DPRD Sumbawa, Kepala OPD dan Forkopimda Sumbawa.

Gubernur NTB saat menyampaikan kata hati keluarga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dan terlibat langsung membantu keluarganya selama masih hidup dan meninggal dunia. Bang Zul sapaan akrabnya juga memohon maaf jika almarhumah selama hidup dan berinteraksi terdapat salah dan hal-hal yang kurang berkenan dari beliau.

iklan

“Harapan kami keluarga, semoga masyarakat dapat mendoakan almarhumah agar berada di tempat yang mulia di sisi Allah Subhanahuwata’ala,” ucap Gubernur.

Gubernur mengaku, Ibundanya sudah lama sakit dan keluarga telah berikhtiar namun Allah berkehendak lain dan lebih menyayangi almarhumah, keluargapun dengan penuh keikhlasan melepas kepergiannya.

Kisah singkat kehidupan diurai Bang Zul sebelum mengakhiri kata hatinya, menukil seorang Raja yang terpaksa menghukum mati adik kandungnya sendiri. Raja yang terlihat gagah dengan mahkota dan jubah mahal kebesarannya duduk disinggasana. Orang-orang yang melihat kegagahan dan kekuasaan sang Raja juga bermimpi ingin merasakan bagaimana menjadi raja minimal bisa merasa memakai mahkota dan jubah kebesaran Raja.

Namun ada aturan kerajaan, jika ada yang berani mengenakan mahkota dan pakaian kebesaran sang Raja tanpa seizinnya maka siapapun itu akan dihukum mati. Ternyata mimpi mengenakan mahkota dan pakaian kebesaran raja bukan hanya datang dari dari rakyat biasa namun adik sang raja pun memiliki keinginan yang sama yaitu ingin merasakan mengenakan mahkota dan jubah kebesaran raja tersebut.

Kesempatan itupun datang menghampiri sang adik ketika raja sedang mandi di kolam istana. Mahkota dan jubah dilepas di lantai, raja asyik berenang. Adikpun melintas dan secara tak sengaja melihat mahkota dan jubah kebesaran raja tergeletak di lantai. Kesempatan itupun tak di sia-siakan sang adik, iapun lantas memakai mahkota dan jubah raja.

Usai mandi sang raja pun melihat adiknya yang telah berani memakai mahkota dan jubah kebesarannya tanpa izinnya dan berkata kenapa engkau berani memakai mahkota dan jubah kebesaran raja tanpa seizinku wahai adikku.

“Adiknya menjawab tidak ada maksud dan niatku sengaja memakai mahkota dan jubah kebesaran raja namun hatiku hanya ingin mencoba saja wahai raja,”

Karena aturan kerajaan sudah berlaku, adiknya tetap harus dihukum mati namun sebelum dihukum, raja memberikan kesempatan kepada sang adik selama seminggu untuk memakai mahkota dan jubah kebesaran raja sepuas-puasnya.

Ternyata tidak seperti yang dibayangkan, seharusnya sang adik bahagia karena dapat memakai mahkota dan jubah yang diinginkannya namun malah sebaliknya, sang adik kelihatan sedih, tidak ada senyum kelihatan diwajahnya dan bahkan kelihatan kurus dan matanya cekung akibat kurang tidur.

“Rajapun berkata, wahai adikku engkau telah mengenakan mahkota dan jubah kebesaran raja namun kenapa wajahmu kelihatan sedih dan takut. adiknya pun menjawab “Mahkota dan Jubah kebesaran ini ternyata tidak membuat hati senang dan bahagia ketika kesempatan hidup itu hanya seminggu,”.

Kisah kehidupan dari cerita ini memberikan gambaran bahwa, apapun mahkota yang kita kenakan dan berapun mahal jubah yang kita pakai, tidak akan terasa maknanya dibandingkan kematian yang pasti menghampiri, entah itu esok, lusa, seminggu, sebulan atau mungkin tahun depan.

Dan kematian itu akan menghampiri siapa saja, baik itu Gubernur, Bupati, Kapolda, masyarakat biasa dan bahkan presiden sekalipun. Karena itu persiapkanlah diri untuk menghadapi kematian agar ketika menghadapi Sang Pencipta bumi dan seluruh kehidupan membuat hati bengitu senang dan bahagia.

Sebelumnya, Kapolda NTB, Irjen Pol H. Mohammad Iqbal, S.IK,. MH,. juga turut mengucapkan belasungkawa atas wafatnya Hj Siti Fatimah Ungang Dea Mas. Ia berharap seluruh keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan karena kematian adalah sebuah keniscayaan dan pasti menghampiri siapa saja.

“Saya yakin Almarhumah telah tersenyum di sisi Allah Subhanahuwata’ala karena beliau telah meninggalkan anak-anak Sholeh, pemimpin masyarakat yang senantiasa mendoakannya dan selalu mengalir pahalanya walaupun telah tiada karena salah satu amalan yang tetap hidup meskipun kita telah meninggal Dunia yaitu ilmu yang bermanfaat dan anak yang Sholeh/Sholeha,” tutup Kapolda. (Nuansa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.