Kemana Arah Pariwisata Sumbawa? Butuh Peta Jalan dan Agenda Terukur

oleh -940 Dilihat
oleh

Sumbawa Besar, Nuansantb.id – Potensi pariwisata Kabupaten Sumbawa digadang-gadang sebagai pintu gerbang utama percepatan kesejahteraan masyarakat dan penggerak pembangunan daerah. Namun, untuk mewujudkannya, diperlukan peta jalan (road map) yang jelas dan agenda terukur, sehingga pertumbuhan yang terjadi bukan sekadar tren sesaat, melainkan pembangunan yang berkelanjutan dan terintegrasi.

Hal tersebut ditegaskan oleh mantan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) periode 2008-2013, Ir. H. Badrul Munir, MM, kepada Nuansantb, Selasa (09/09/2025). Menurutnya, Sumbawa memiliki modal dasar yang sangat lengkap untuk bersaing di kancah pariwisata nasional bahkan global.

“Bagi Kabupaten Sumbawa, pariwisata merupakan solusi terbaik. Lebih dari itu, pariwisata dapat menjadi pengungkit sekaligus penggerak pembangunan daerah. Hal ini bukan tanpa dasar. Kabupaten Sumbawa memiliki potensi dan daya tarik wisata yang lengkap, baik alam maupun budaya,” ujar Badrul Munir dalam sebuah kesempatan.

Data kunjungan wisatawan ke Sumbawa membuktikan optimisme tersebut. Pada tahun 2024, jumlah kunjungan mencapai 35.059 wisatawan, yang terdiri dari 2.269 wisatawan domestik dan 32.790 wisatawan mancanegara. Angka ini mengalami lompatan signifikan dibandingkan tahun 2023 yang sebanyak 24.967 kunjungan (1.073 domestik dan 23.893 mancanegara). Trend positif ini sebagian besar disumbang oleh daya tarik wisata alam seperti atraksi Hiu Paus di Teluk Saleh dan kawasan SAMOTA (Sumbawa, Moyo, Tambora).

“Trend yang sangat positif ini tentunya harus diikuti oleh tata kelola destinasi yang lebih baik dengan melibatkan masyarakat lokal dan pelaku pariwisata. Kita tidak bisa hanya mengandalkan keindahan alam saja, tetapi bagaimana mengelolanya secara profesional,” tegasnya.

Namun, Sumbawa tidak hanya mengandalkan wisata alam. Badrul Munir menyoroti kekayaan budaya yang dimiliki, yang sayangnya belum tergarap maksimal. Aset-aset budaya kelas dunia seperti Bangunan Cagar Budaya Istana Dalam Loka dan Istana Bala Putih disebutnya belum dikelola dengan baik sebagai ikon destinasi wisata yang terintegrasi dan berkelanjutan.

“Ini adalah aset berharga. Ke depan, aset budaya ini tidak hanya sekadar jadi bangunan tua, tetapi harus diarahkan sebagai objek pemajuan kebudayaan daerah dalam konteks pemajuan peradaban. Ini bisa menjadi pembeda dan penguat identitas destinasi Sumbawa,” jelasnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, ia menekankan bahwa pariwisata Sumbawa ke depan harus dikelola sebagai sebuah industri yang utuh. Artinya, diperlukan pemaduserasian antara objek wisata alam dan budaya yang menjadi komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan.

“Pariwisata harus terkelola sebagai industri yang terintegrasi dan berkelanjutan. Pemaduserasian antara objek wisata alam dan budaya adalah suatu keharusan. Harus terpadu dan tidak bisa lagi dikelola secara terpisah-pisah dan dengan cara yang amatir,” tutur Badrul Munir.

Ia berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa memiliki komitmen yang kuat, tidak hanya dalam kebijakan tetapi juga dalam implementasi di lapangan. Sebuah peta jalan yang jelas akan menjadi panduan untuk membangun infrastruktur, meningkatkan kualitas SDM, menciptakan paket wisata yang menarik, serta memasarkan destinasi secara efektif.

Dengan langkah strategis dan terukur, Sumbawa memiliki peluang emas untuk mentransformasi potensi yang dimilikinya menjadi mesin penggerak ekonomi yang nyata, membawa kesejahteraan bagi masyarakat, dan menempatkan diri sebagai destinasi primadona baru di Indonesia.

Editor/Pemred: Sahril Imran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.