Sumbawa Besar, Nuansantb.id– Kegiatan Pawai Budaya Alegoris dalam rangka HUT RI ke-80 yang digelar Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada Selasa (18/08/2025) menuai kritik tajam dari Wakil Gubernur NTB periode 2008-2013, Ir. H. Badrul Munir, MM.
Tokoh yang akrab disapa BAM ini menyatakan kegiatan tersebut perlu dievaluasi total karena dinilai berpotensi mengikis nilai-nilai dasar budaya Sumbawa (Parenti Kalanes Tau Samawa) dan tidak menghormati waktu ibadah.
“Jangan Sampai Kataket Ko Nene Kangila Boat Lenge Hanya Jadi Slogan!”
Dalam pernyataannya yang viral di media sosial, BAM menyoroti dua poin krusial: Pelecehan Terhadap Nilai Budaya.
“Pawai alegoris harusnya menjadi media pelestarian budaya, bukan sekadar pertunjukan kosong. Jangan sampai kita terjebak pada kemeriahan permukaan tapi mengabaikan esensi “kataket ko nene kangila boat lenge” (Takut Pada Allah dan Malu Berbuat Jelek) pesan leluhur untuk menjaga martabat-red. Ada kesan kuat komersialisasi budaya terjadi,” tegas BAM, Selasa (18/08/2025).
Jadwal yang Bentrok dengan Waktu Shalat
“Ini yang paling menyedihkan. Kegiatan berlangsung hingga magrib, membuat banyak peserta dan penonton meninggalkan shalat ashar dan magrib. Apakah kita sudah kehilangan sensitivitas sebagai masyarakat religius?” tambahnya.
Postingan kritik BAM di media sosial Facebook memicu perdebatan hangat, dimana beberapa netizen setuju agar setiap kegiatan dapat dievaluasi waktunya agar tidak menabrak waktu sholat.
“Setuju! Tahun depan harus ada tim kurator budaya yang memastikan pawai tidak sekadar hura-hura.” kata Netizen yang tidak mau disebutkan namannya.
“Pemda harus lebih peka. Acara budaya dan agama bisa berjalan beriringan tanpa saling menegasikan.”
Tawaran Solusi dari BAM
Mantan Wagub yang dikenal vokal menjaga kearifan lokal ini memberikan rekomendasi, diantaranya: Pembentukan Dewan Pertimbangan Budaya yang melibatkan tokoh adat dan ulama.
Kemudian, Penjadwalan Ulang setiap kegiatan – Hindari waktu shalat dan prioritaskan pagi/sore yang waktunya dapat tuntas hingga pukul 16.00.
Konten yang Edukatif – Setiap penampilan harus disertai narasi filosofis budaya Samawa.
“Merawat budaya bukan berarti menolak modernitas, tapi memastikan setiap langkah pembangunan tidak menginjak-injak harga diri leluhur. Pawai budaya harus menjadi cermin jati diri, bukan panggung aib,” pungkasnya.
Selain itu, Pawai Budaya kemarin kata BAM, tidak sejalan dengan Program religius Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa yang senantiasa mengajak masyarakat kabupaten sumbawa untuk Sholat Subuh berjamaah.
“Kita umat Islam mayoritas di kabupaten sumbawa ini memilki kewajiban sholat 5 waktu yang menjadi identitas kita Taket Ko Nene Kangila Boat Lenge. Semoga saran ini dapat diterima dengan baik oleh pemimpin kita di kabupaten sumbawa ini,” pungkasnya.
Editor: Sahril Imran





